2000ndays
KRINGGGGGGGGGGG
Cakka mematikan alarm dari jam weker di atas meja di samping
tempat tidurnya. Dia kemudian bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Dia tidak
langsung menuju ke kamar mandi saat melihat sebuah kertas berisi catatan
tertempel di atas sandal yang akan dipakainya. Tulisan di kertas itu cukup
jelas terbaca untuk mata yang baru bangun tidur.
Jangan lupa sarapan sebelum berangkat.
Ada Onigiri di dalam kulkas.
Panasilah terlebih dahulu sebelum mandi.
Love A-Z
'ckkk! Dia tidak pernah lelah membuat catatan-catatan
seperti ini,' pikir Cakka.
Dengan langkah yang malas, cakka menghampiri kulkasnya untuk
mengeluarkan onigiri yang dibuat oleh kekasihnya. cakka lalu memasukkan onigiri
itu ke microwave untuk dipanaskan. Beranjak ke kamar mandi, berpakain, dan
kemudian sarapan. Cakka pun mengemasi barang-barang yang diperlukannya dan
berangkat mengajar sebagai dosen di Universitas.
Kedatangan Cakka disambut oleh teman baiknya selama kuliah
dan sekarang menjadi partner kerjanya.
"Hey, cakka. Akhirnya kau datang juga. Tadi aku
menerima sebuah email. Disitu tertulis bahwa kau ditawari pekerjaan untuk
mengajar di Universitas Shivers. Kau benar-benar beruntung," ucap rio
sambil tersenyum lebar.
Belum sempat cakka memberi komentar, rio melanjutkan
ucapannya. "Tapi aku bisa mengirim balasan email-nya bahwa kau menolak
untuk mengajar di sana."
"Jangan!"
Larangan cakka sontak membuat rio kaget.
"Memangnya kenapa? Kurasa kau akan sulit meninggalkan
Shilla. Atau mungkin kau akan mengajak dia untuk ikut denganmu?" tanya
rio.
"Aku akan menerima tawaran itu. Jadi jangan
ditolak," cegah cakka
"Lalu bagaimana dengan Shilla?" tanya rio lagi.
"Justru aku pergi kesana untuk sedikit menjauh darinya.
Supaya aku tidak terlalu bosan," jawab cakka
"Apa? Baiklah. Kalian memang sudah berpacaran selama 6
tahun . . ."
"5 tahun setengah," potong cakka
"Iya, iya. Hampir 6 tahun. Meskipun begitu, aku tidak
percaya kau bisa bosan dengannya. Bukannya dulu kau yang selalu
mengejar-ngejarnya. Kau bahkan tidak punya keberanian berkenalan dengannya jika
saja kau tidak menjadi asisten Guru yang mengajar di kelasnya kan?"
celoteh rio
"Setiap orang, pasti memiliki titik jenuh ," balas
cakka datar.
:^:^:
Pagi ini seperti biasa cakka berangkat kuliah lebih awal.
Sebenarnya kelasnya baru dimulai jam 10 pagi. Tapi sebelum jam 8 pagi, cakka
sudah berdiri di halte bus. Dia tidak ingin terlambat naik bus. Dia memang
jenius, tapi bukan bermaksud untuk menjadi mahasiswa teladan dengan datang ke
kampus lebih awal. Ada seseorang yang selalu ditunggu cakka untuk naik bus yang
sama dengannya. Seorang gadis, yang menjadi pujaan hatinya.
Sudah setahun sejak cakka pertama kali melihat gadis itu.
Rambut panjang indigo, bola mata lavender, kulit putih, dan paras wajahnya yang
manis membuat cakka tidak bisa tidak memikirkannya.
Beautiful.
Kata pertama yang diucapkan cakka saat pertama kali melihat
Shilla. Setiap pagi sejak saat itu, cakka selalu berangkat lebih awal agar bisa
bertemu dengan Shilla di dalam bus. Setelah turun dari bus, cakka akan
mengikuti Shilla secara diam-diam sampai Shilla hilang dari pandangannya. cakka
memang disukai oleh banyak gadis. Tapi dia bingung bagaimana harus bertindak
kepada gadis yang dia sukai.
cakka akhirnya memiliki kesempatan untuk mengenal Shilla
saat dirinya diminta menjadi asisten guru oleh Pak Dayat untuk membawakan mata
pelajaran Bahasa Inggris. cakka sempat terdiam sebentar saat memasuki kelas
yang akan diajarnya dan melihat Shilla ada di sana. Entah ini sebuah kebetulan
atau memang takdir.
cakka semakin sering bertemu Shilla. Dan suatu pagi
saat cakka naik bus, tidak ada lagi
bangku yang kosong kecuali satu bangku. Yaitu bangku di sebelah Shilla. cakka
sempat deg-degan saat harus duduk di samping Shilla. Shilla tersenyum kepadanya
begitu dia duduk di samping Shilla.
"Selamat pagi kak..," sapanya lembut.
Ibarat kupu-kupu yang baru lepas dari kepompongnya, cakka
merasakan kupu-kupu itu terbang di dalam perutnya.
Shilla mengenal dirinya sebagai utusan untuk menggantikan
Pak Dayat. Dia belum pernah mengenal cakka lebih dekat. Itu sebabnya Shilla
sedikit ragu-ragu saat dia ingin menanyakan sesuatu kepada cakka.
"Mm. kak," panggil Shilla.
"Ya?" cakka langsung menoleh begitu namanya
dipanggil oleh gadis pujaannya.
"Apa kau bisa memberikan kursus privat Bahasa
Inggris?" tanya Shilla sedikit ragu.
"Untuk siapa?" tanya cakka balik.
"Untukku," jawab Shilla.
cakka tersenyum. "Tentu saja."
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
cakka tiba di apartemennya untuk melihat seseorang sedang
memasak di dapurnya. Seluruh ruangan juga terlihat rapi. Pasti dia semua yang
membereskannya.
"Selamat Sore," sapa Shilla begitu melihat cakka
membuka kulkas untuk mengambil air dingin.
"Kau pasti lapar. Tunggu ya. Sebentar lagi makanannya
siap. Mandi saja dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat di bathtub," tawar
Shilla.
"Hmmm."
Waktu makan malam terasa sangat biasa. cakka sudah tidak
pernah lagi menggoda Shilla atau sekedar memberi pujian-pujian atas apa yang
sudah dikerjakan oleh Shilla. Tidak ada kata-kata Masakanmu lezat sekali, atau
Aku beruntung punya pacar sepertimu. Mereka berdua sama-sama makan dalam diam.
Akhirnya cakka memutuskan untuk memecah keheningan.
"Mulai bulan depan, aku akan pindah ke Universitas
Cambridge," ucap cakka datar.
Shilla menghentikan kegiatannya. Dia kemudian meletakkan
sumpit di atas mangkuk nasinya.
"Wah! Bagus sekali. Karena kau sangat sibuk, sepertinya
aku harus ikut kursus Bahasa Inggris di tempat lain. Bahasa Inggris-ku 'kan
kacau sekali. Bagaimana aku bisa berkomunikasi di sana?"
Shilla melanjutkan perkataannya sedangkan cakka hanya
memijit-mijit pelipisnya. Awalnya cakka kira Shilla akan menangis. Ekspresinya
benar-benar tidak terduga. Shilla malah berpikir bahwa cakka akan mengajaknya
turut serta.
'Memangnya siapa yang mau mengajakmu kesana,' gumam cakka
dalam hati.
shilla kembali makan saat dia selesai bicara.
"Apa aku boleh minta tolong?" tanya cakka.
"Apa saja," jawab Shilla.
"Bisakah malam ini juga, kau ke tempat rio biasa
bereksperimen? Aku membutuhkan jurnal hasil penelitiannya malam ini sebagai
bahan untuk besok pagi," pinta
cakka
"Tentu saja," balas Shilla sambil tersenyum.
"Oh ya, cakka. Jangan lupa hari ke-2000 kita ya!"
Shilla mengingatkan.
"Memangnya kau ingin kita merayakannya dimana?"
tanya cakka
"Kejutan. Pastikan saja kau tidak memiliki acara lain
di hari itu," jawab Shilla sambil tersenyum.
"Hmm."
:^:^:
"Kita mau kemana kka?"
Shilla sudah tidak memanggil cakka dengan sebutan kakak
–sebagai kakak kelasnya-lagi setelah mereka berteman dekat. Dia tidak menyangka
kalau asdos dan guru kursusnya itu bisa menjadi teman baiknya sekarang. Mungkin
pun lebih.
"Nanti kau akan tahu," jawab cakka membuat Shilla
semakin penasaran.
Mereka akhirnya tiba di sebuah tempat yang sunyi di tengah
hutan. Suasana hutan yang sebelumnya gelap, sekarang menjadi terang karena
adanya ribuan kunang-kunang yang terbang di sekitar pepohonan di hutan.
Shilla memandang takjub keajaiban alam yang tersaji di depan
matanya. Pemandangan seperti ini tidak akan bisa kau temukan di daerah
perkotaan. Meskipun ada, pasti jumlahnya tidak sebanyak ini.
"Indah sekali. Bagaimana kau bisa menemukan tempat
ini?" tanya Shilla yang masih takjub.
"Waktu itu aku, rio, dan teman-temanku yang lain
melakukan ekspedisi mengenai spesies kupu-kupu. Tapi kami malah menemukan
kunang-kunang. Tidak banyak orang yang mengetahui tempat ini. Lalu aku
berjanji, bahwa aku akan membawa orang yang kucintai kesini," jawab cakka
Shilla menggaris bawahi kalimat cakka yang terakhir.
Keindahan pemandangan di depannya tak mampu mencegahnya untuk menoleh ke arah
cakka. Matanya penuh dengan pertanyaan. Namun cakka juga bisa melihat
kebahagiaan tersirat disana.
cakka menjawab pertanyaan Shilla dengan cara yang tidak
biasa. Begitu juga cakka. Baginya begitu sulit menjelaskan cinta dengan
kata-kata.
Namun dari bibir mereka yang bersentuhan dan pelukan hangat
Cakka yang merangkul tubuh Shilla, dia pasti sudah menemukan jawabannya.
cakka sangat bahagia. Dia lupa kapan terakhir kali dia
merasa sebahagia ini. Shilla ternyata menjadi sosok yang lebih dari sekedar
pacar. Dia juga menjadi Ibu, Kakak, dan sahabat yang baik. Tinggal jauh dari
keluarga besar Nuraga membuat hidupnya sedikit tidak teratur. Namun setelah
Shilla datang, cakka merasa dirinya lebih berarti.
Shilla selalu ada. Menemaninya, mengurus dirinya dan
apartemennya, memasak, membantu menyiapkan modul sebagai bahannya untuk mengajar,
dan lain sebagainya. Andaikan mereka sudah menikah, Shilla adalah sosok istri
yang sempurna.
Shilla juga suka menyelipkan catatan-catatan kecil sebagai
pengingat untuk cakka. Di dalam kamar, di pintu kulkas, di dinding dapur, dan
tempat-tempat lainnya. Isinya sederhana. Sekedar mengingatkan cakka agar tidak
telat makan, jangan terlalu lelah, istirahat yang cukup, dan pesan-pesan
lainnya.
Cakka menganggap dirinya adalah pemuda yang paling beruntung
di dunia ini.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
Cakka memaksa untuk membuka kedua matanya yang masih terasa
ngantuk. Dia masih ingin berlama-lama di atas kasur sebelum melaksanakan
rutinitasnya hari ini. Namun bunyi bel pintu seakan tidak mau berkompromi.
Seperti enggan berhenti sebelum si pemilik apartemen membukakan pintunya.
Cakka mengumpulkan seluruh tenaganya untuk bangkit dari
tempat tidur dan berjalan keluar kamar untuk membukakan pintu apartemennya.
Seperti yang sudah cakka duga, orang yang memencet bel pintu tak lain dan tak
bukan adalah Shilla.
"Pagi sekali datang kemari?" tanya cakka
"Aku membawakan jurnal hasil penelitian yang kau
minta," jawab Shilla.
"Oh. Masuklah. Letakkan saja jurnalnya di atas meja.
Aku mandi dulu," ucap cakka.
Shilla tidak memberi komentar. Dia melakukan apa yang
dikatakan oleh cakka. Saat mandi, cakka memikirkan tentang Shilla yang terlihat
agak berbeda hari ini. Dia sama sekali tidak tersenyum. Wajahnya juga terlihat
pucat. Dan dia memakai gaun terusan berwarna putih. Tidak biasanya Shilla
memakai baju seperti itu. Apa dia sakit?
Setelah bersiap-siap, cakka berniat segera berangkat ke
Universitas tempatnya. Saat keluar dari kamar, dia melihat Shilla sedang
memandangi kalender. Mungkin menghitung hari ke-2000 yang hanya tinggal 3 hari
lagi.
"Aku sudah mau berangkat. Kau akan tetap disini?"
Tanya cakka.
"Ya," jawab Shilla singkat tanpa menoleh.
"Ya sudah." cakka pun keluar dari apartemennya.
Dalam perjalanan ke halte bus, cakka mengaktifkan ponselnya.
Dia sengaja menon-aktifkannya semalaman agar tidak terganggu oleh telepon-telepon
yang mungkin tidak penting.
Baru saja ponselnya nyala, sebuah telepon masuk. Cakka
mengernyitkan alisnya.
'Kakak Shilla?', tanyanya dalam hati.
"Halo, Alvin cakka menjawab teleponnya.
"Akhirnya aku berhasil menghubungimu, cakka.. Bisakah
kau ke rumah sakit sekarang? Shilla terjebak kebakaran di laboratorium Kimia
tadi malam. Sekarang dia sedang dirawat. Dan dokter bilang, keadaannya cukup
parah," jelas alvin di ujung telepon.
cakka menghentikan langkahnya. Dia tidak percaya. Baru saja
dia bertemu Shilla di apartemennya. Bagaimana bisa sekarang Shilla berada di
rumah sakit?
"cakka?" panggil alvin
"Ah, iya vin.. Aku segera kesana," sahut cakk
"Baiklah."
Dengan begitu telepon tertutup. cakka bingung kemana
tujuannya selanjutnya. Langsung bergegas ke rumah sakit, atau kembali ke
apartemennya. cakka memutuskan kembali ke apartemennya. Ini bukanlah April Mop,
bukan pula hari ulang tahunnya. Tapi cakka tetap berharap bahwa ini semua
adalah lelucon.
"Shilla!" panggilnya setelah membuka pintu.
Tidak ada jawaban. cakka mencari ke setiap sudut apartemen
sambil memanggil nama Shilla. Namun tetap tidak ada jawaban. Dan Shilla juga
tidak ada di manapun. cakka kemudian berlari keluar. Dia tahu kemana tujuannya
sekarang. Rumah sakit.
:^:^:
cakka mulai bosan. Setiap hari Shilla selalu
memperlakukannya dengan cara yang sama. Tepat 5 tahun mereka pacaran, cakka
mulai memikirkan bagaimana caranya agar putus dari Shilla. Dia tidak terbiasa
dalam urusan asmara. Apalagi untuk mengakhiri hubungan dengan seorang gadis.
Baginya ini lebih sulit dari mengerjakan soal-soal eksakta.
Dia tidak lagi seperti dulu. Pelukan, ciuman, pujian, sudah
tidak pernah diberikannya lagi kepada Shilla. Namun Shilla tidak pernah
mempertanyakan ataupun menyadarinya. Shilla tetap saja memperlakukan cakka
dengan cara yang sama.
Jika saja cakka adalah awan, maka dia sudah berada di titik
jenuhnya. Yang sudah siap menurunkan hujan yang merupakan air mata Shilla.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
"Shilla pingsan di dalam laboratorium Kimia saat
berdesak-desakan keluar ruangan dengan orang lain ketika kebakaran terjadi. Itu
yang dikatakan oleh rio kepada saya," jelas dokter yang merawat Shilla-
setelah cakka tiba di rumah sakit.
"Tidak ada luka bakar yang berarti, karena pemadam
kebakaran berhasil mengevakuasi Shilla dengan cepat," lanjut Dokter.
"Lalu, kenapa keadaannya dikatakan cukup parah?"
tanya alvin
"Itu karena . . ." Dokter menarik nafas dalam
sebelum melanjutkan jawabannya, "Shilla menghirup asap dari cairan Sulfur
dan Klor yang terbakar."
cakka tersentak. Dia masih berharap bahwa ini semua adalah
lelucon. Dia tidak ingin ini semua terjadi. Apalagi ketika mendengar penjelasan
dari Dokter. Sulfur dan Klor. Adalah cairan Kimia yang akan berubah menjadi
racun jika bersentuhan dengan api. Dan permasalahan yang terjadi saat ini
adalah, ada racun yang masuk ke tubuh Shilla melalui sistem pernapasannya.
"Separah apa?" tanya cakka pelan. Dokter bahkan
hampir tidak bisa mendengarnya.
"Hasil pemeriksaan terakhir kami menunjukkan, racun
sudah menyebar ke seluruh aliran darah dan juga beberapa organ tubuhnya. Salah
satunya paru-paru," jawab Dokter.
"Apa tidak ada cara untuk menyelamatkannya?" tanya
cakka lagi.
Pertanyaan bodoh! Padahal cakka jelas-jelas tahu apa efek
dari racun ini ke tubuh manusia. Tapi dirinya benar-benar berharap shilla bisa
diselamatkan.
"Saya mohon maaf. Meskipun bisa dilakukan pencucian
darah, tapi tidak mungkin mengganti organ-organ tubuhnya yang sudah
terkontaminasi. Itu mustahil," Dokter meyakinkan.
"Haha. Bukankah kau harusnya senang dengan kejadian ini
kak cakka? Kau 'kan memang sudah berencana untuk putus dengan Kak shilla,"
ucap Shanin lirih sambil meneteskan air matanya.
"Shanin. Jangan berbicara seperti itu," Alvin
mencoba menenangkan adiknya
"Tapi itu memang benar Kak Alvin.. Kak Shilla sendiri
yang cerita. Kak cakka berubah. Dan dia yakin kalau Kak cakka ingin putus
darinya. Tapi dia menunggu sampai lewat hari ke-2000 untuk menanyakannya pada
kak cakka," bentak Shanin.
alvin memeluk Shanin yang terisak-isak dan mencoba
menenangkannya.
cakka terdiam. Mencoba mencerna seluruh kalimat yang
diutarakan oleh Shanin. Ternyata Shilla sudah menyadari tentang perubahan
sikapnya. Tapi kenapa Shilla harus menunggu sampai hari ke-2000 untuk
mengklarifikasinya.
"Kak shilla sudah menyiapkan sesuatu untukmu di hari
itu. Dia sudah menyiapkannya selama 3 tahun terakhir ini," isak Shanin.
cakka masih belum bisa berkata-kata sampai Dokter
menyuruhnya untuk melihat keadaan Shilla. cakka sempat ragu saat ingin memasuki
kamar rawat Shilla. Dia tidak sanggup melihat Shilla yang terbaring lemah di
atas ranjang sempit rumah sakit. Dia juga tidak senang dengan alat-alat rumah
sakit yang menyentuh kulitnya meskipun itu untuk mendukung kehidupannya. Tubuh
mungilnya semakin terlihat tak berdaya. cakka tidak mampu lagi membendung air
matanya saat dia menggenggam tangan Shilla. Begitu dingin dan membiru akibat
racun yang sudah menembus syaraf-syaraf kulit putihnya.
cakka menciumi seluruh lekuk tangan Shilla. Bahunya
berguncang karena mencoba menahan tangisnya. Dia memang ingin berpisah dari
Shilla. Tapi bukan dengan cara seperti ini. Dia ingin Shilla sehat dan hidup
bahagia meski tanpa dirinya. Dia masih belum bisa menerima vonis Dokter
terhadap Shilla. Karena hidupnya, hanya menunggu hitungan hari. Kenapa harus
berakhir seperti ini? Pertanyaan ini terus berulang-ulang di benak cakka. Dia
tidak rela jika Shilla harus pergi untuk selamanya.
Shilla masih pulas dalam tidurnya. Tidak ada yang tahu
apakah Shilla akan siuman atau tidak. Nafasnya yang teratur tidak sama dengan
denyut jantungnya yang kian melemah. Semua orang berhak merasa khawatir
menghadapi hal ini.
Malamnya cakka beranjak pulang setelah Dokter berhasil
membujuknya dengan mengatakan bahwa jam besuk sudah selesai. Awalnya cakka
tidak ingin pulang. Dia ingin terus bersama Shilla di saat-saat terakhirnya.
Tapi kebijakan rumah sakit sepertinya sulit untuk dibantah.
cakka melangkah masuk ke apartemennya. Rasanya begitu
dingin. Tidak ada kehangatan yang biasa dibawakan oleh Shilla. Seluruh ruangan
terlihat sepi. cakka rindu kehadiran Shilla yang meramaikan kekosongan di
apartemennya. Dia menggeleng pelan dan berjalan ke arah kamarnya.
Namun sebelumnya,cakka menyempatkan diri untuk melihat ke
kalendernya. Tiba-tiba dia teringat dengan perkataan Shanin saat di rumah
sakit. Hari ke-2000. Hari yang selalu dinanti-nanti oleh Shilla. Mata cakka
membelalak. Tepat di tanggal yang ditandai sebagai hari ke-2000 mereka, ada
sebuah catatan disana. cakka yakin catatan itu tidak ada sebelumnya. Dia
bingung kapan Shilla menulisnya. Lalu dia ingat saat Shilla memandangi kalender
ini tadi pagi. Apa mungkin Shilla menulisnya tadi pagi?
cakka yang selalu percaya pada sebuah kepastian, kini mulai
menganggap bahwa imajinasi merupakan hal yang bisa menjadi nyata. Dia membaca
dan mencoba mengikuti isi dari catatan yang ada di kalender.
Lihatlah pintu kulkas!
Ada catatan lain di pintu kulkas. cakka membacanya dan
mencoba mengikuti instruksi selanjutnya.
Rak buku, baris keempat, buku kesepuluh dari kanan.
cakka mengambil buku yang dimaksud dari koleksi buku-bukunya
yang lain. Buku itu adalah buku yang pernah dihadiahkan oleh cakka untuk
Shilla. Lalu kenapa buku itu ada disini? cakka tidak tahu pasti jawabannya. Di
sampul depan buku itu ada catatan lain.
Lihat halaman 25!
cakka membuka buku tersebut dan mencari halaman 27. Dia
memandang tak percaya. Di dalam buku itu, terdapat 2 tiket liburan ke Paris.
cakka berlutut dan menjatuhkan buku yang dipegangnya. Perhatiannya sekarang
hanya tertuju pada tiket liburan tersebut. cakka menangis. Bagaimana mungkin
dia bisa begitu tega pada seseorang yang sudah menyiapkan liburan terbaik yang
selalu diimpi-impikan cakka sejak dia masih kecil.
"S-hi-lla," panggilnya lirih."Wah, indah
sekali! Lihat cakka! Balkon ini menghadap ke gunung fuji," ucap Shilla.
"Iya. Aku pintar memilih tempat kan?" tanya cakka.
Shilla mengangguk senang. Hari ini tepat hari ke-1000 mereka
menjadi sepasang kekasih. Benar-benar tidak terduga bahwa mereka akan sampai
sejauh ini.
Cakka memeluk Shilla
dari belakang. Khusus hari ini, dia mengambil cuti agar bisa pergi bersama
Shilla untuk merayakan hari ke-1000 mereka.
"cakka…. Apa ada suatu tempat yang ingin kau datangi?
Suatu tempat yang selalu kau harapkan suatu hari kau bisa berada di sana?"
tanya Shilla.
"Ada. Paris," jawab cakka
"Paris? Kenapa?"
"Ayah dan Ibuku menikah di sana. Dari album foto mereka
bisa kulihat, bahwa Paris adalah kota yang indah. Tapi aku tidak pernah
memiliki waktu untuk ke sana. Sejak kecil aku sudah mengisi hari-hariku dengan
belajar ini itu. Semakin tidak ada saja waktu untuk ke sana."
"Tapi kau masih berharap pergi ke sana 'kan?"
"Ya. Suatu hari nanti. Semoga saja."
cakka makin mengeratkan pelukannya. Shilla selalu menjadi
orang yang mengerti segalanya tentang cakka. Selalu mau mendengarkan semua
impiannya di dalam hidup, keluhan-keluhannya selama bekerja, dan dia selalu
hadir untuk memberi ketenangan kepada cakka. Seperti saat ini.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
"cakkaa…….cakkaa……”
cakka membuka matanya perlahan. Entah jam berapa dia baru
tertidur tadi malam. Sepertinya setelah lelah menangis terus-terusan. Matanya
yang seharusnya menyipit karena sinar matahari yang masuk melalui jendela,
malah membelalak.
"Shilla."
Tepat di samping ranjangnya, Shilla sedang duduk di atas
sebuah kursi. Dia baru saja membangunkan cakka. Penampilannya sama seperti saat
cakka bertemu dengannya di pagi dia dikabarkan bahwa Shilla sedang dirawat di
rumah sakit. Dia tidak tersenyum. Dia hanya memakai sebuah gaun putih terusan.
Tapi cakka tidak peduli. Yang penting sekarang Shilla sedang berada di
dekatnya, bukan di rumah sakit.
"Aku senang sekali kau ada disini, Shilla," ucap
cakka sambil memeluk Shilla erat-erat. Dia sangat senang bisa merasakan detak
jantung Shilla di dadanya. Namun Shilla terlihat aneh. Dia tidak membalas
pelukan cakka
TIDIDIDIT
Cakka melepaskan pelukannya. "shilla???"
TIDIDIDIT TIDIDIDIT
Shilla tidak mengatakan apapun. Dia kemudian bangkit dari
kursinya dan berjalan menuju jendela tempat cahaya matahari masuk ke ruangan
apartemen.
"Shilla. Kau mau kemana?" tanya cakka
Masih tidak ada jawaban.
TIDIDIDIT TIDIDIDIT TIDIDIDIT
Setelah itu cakka melihat, tubuh Shilla seakan menguap
bersama sinar matahari dan menghilang dari pandangannya.
"SHILLA!"
TIDIDIDIT TIDIDIDIT TIDIDIDIT
cakka terbangun. Suara alarm dari jam wekernya terus meraung
karena si pemilik tak kunjung bangkit dari ranjangnya.
Mimpi.
Ternyata dia hanya bermimpi bahwa Shilla ada disini.
Kenyataannya, Shilla tidak berada di ruangannya. Jika dalam 6 bulan terakhir
ini cakka selalu merasa jenuh saat Shilla berada di kamarnya pagi-pagi begini,
kini dia begitu merindukan kehadiran Shilla.
"Sekali saja," bisiknya.
cakka meraih ponselnya yang bergetar di atas meja. Ada
telepon masuk.
"Halo!"
"Kak cakka" sapa orang di ujung telepon.
"Shanin?"
"Iya. Kak cakka ke rumah sakit sekarang ya! Kak shilla
sudah siuman," Shanin mengabarkan.
"Baik. Aku segera kesana."
cakka menutup telepon dan bergegas ke rumah sakit. Shilla
siuman. Dia harus berada di samping Shilla. Itulah yang dia pikirkan saat ini.
Dia sudah menyuruh rio untuk mengurus cuti mengajarnya. Sekarang, Shilla jauh
lebih penting.
cakka terus berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Dia
tidak memperdulikan lagi orang-orang yang menggerutu di sekitarnya akibat
ulahnya. Tujuannya hanya satu, Shilla.
alvin dan Shanin baru saja keluar dari kamar rawat shilla
"cakka” panggil alvin
"Shilla ingin bertemu denganmu," kata alvin
cakka mengangguk. Dia membuka pintunya perlahan. Sebelum
masuk, cakka menghembuskan nafas panjang. Dia harus terlihat tegar di hadapan
Shilla. Tidak boleh cengeng.
'Hey," sapanya setelah mengambil tempat di samping
Shilla.
"Kau sudah sarapan 'kan?"
Bahkan dalam keadaan seperti ini, Shilla masih mengingatkan
cakka tentang hal itu.
"Sudah," cakka berbohong. Mana mungkin dia masih
memikirkan sarapan saat mendengar Shilla siuman.
"cakka… Bolehkah aku punya sebuah permintaan?"
tanya Shilla. Seperti sudah tahu tentang vonis terhadap dirinya.
"Apa saja," jawab cakka
"Hari ke-2000, aku ingin melihat kunang-kunang,"
pintanya.
cakka menggigit bibirnya. Mencoba menahan isakan tangis yang
serasa ingin keluar ketika mendengar permintaan terakhir Shilla.
"Ya," ucapnya getir.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
"Kau tidak mungkin membawanya ke tempat seperti itu,
cakka”
cakka memulai perdebatannya dengan Dokter mengenai
permintaan Shilla.
"Kenapa tidak?" tanya cakka
"Shilla membutuhkan peralatan rumah sakit sepanjang
waktu. Kita tidak bisa melepasnya begitu saja. Dan kondisi tubuhnya juga tidak
memungkinkan untuk berjalan kaki. Dia harus menggunakan kursi roda. Namun kursi
roda juga tidak akan bisa menempuh jalur hutan yang hanya memiliki jalan
setapak," jelas Dokter
"Itu benar cakka. aku yakin shilla akan mengerti jika
kau tidak mampu memenuhi permintaannya," Gabriel meyakinkan.
"Tapi itu permintaan terakhir kak Shilla," rengek
Shanin.
cakka berpikir sejenak. Pasti ada cara untuk mengabulkan
permintaan Shilla.
"Bukannya aku tega. Walaupun Shilla menggunakan
alat-alat bantu dari rumah sakit, hidupnya juga tidak akan bertahan lama 'kan?
Aku yakin Shilla akan sanggup bertahan, paling tidak hingga tiba di tempat
tujuan," ucap cakka
"Lalu bagaimana caranya agar dia bisa memasuki
hutan?" tanya Dokter.
"Aku akan menggendongnya," ucap cakka mantap.
Dokter dan alvin tidak mampu berkata-kata lagi. Shanin
tersenyum melihat pengorbanan yang akan dilakukan oleh cakka. Mereka semua tahu
bahwa akhirnya tidak akan bahagia. Tapi demi Shilla, cakka akan melakukan apa
saja agar Shilla bahagia di saat-saat terakhirnya.
Dokter akhirnya
mengizinkan pasiennya untuk pergi ke tempat yang dia inginkan. alvin dan Shanin
menghabiskan waktu berlama-lama untuk berada di dekat Shilla. Mereka tidak tahu
kapan lagi bisa seperti ini. Karena setiap waktu bisa saja menjadi saat
terakhir Shillaa.
cakka masuk ke kamar rawat. Mengisyaratkan kepada semua
orang yang ada di ruangan bahwa dia akan membawa Shilla pergi sekarang. Semua
alat rumah sakit telah dicabut. Shilla juga sudah tidak mengenakan pakaian dari
rumah sakit lagi. Dia memakai dress merah muda dengan sweater putih yang hangat.
Dia tidak boleh kedinginan.
Mereka memulai perjalanan yang cukup lama. Mengendarai mobil
selama 2 jam dan masuk ke dalam hutan sekitar 15 menit atau lebih. rio bersedia
menyetir mobilnya agar cakka bisa menjadi sandaran Shilla di bangku penumpang. Dia
harus tetap merasa hangat dan tidak boleh terlalu lelah.
Seperti yang telah diucapkan cakka, dia mengangkat seluruh
berat tubuh Shilla dengan kedua tangannya. rio mengangguk untuk meyakinkan
cakka. Dari sini, cakka hanya akan berdua saja dengan Shilla.
cakka bisa merasakan kedua tangannya yang pegal. Namun dia
tetap bertahan. Sedikit lagi mereka akan sampai. Dan itu dia. Cahaya dari
kunang-kunang yang beterbangan sudah ada di depan mata.
"Kita sudah sampai," bisik cakka.
cakka duduk bersandar di sebuah pohon besar. Dari situ bisa
dilihat dengan jelas keajaiban alam yang menakjubkan. Shilla tersenyum dalam
pelukan cakka
"Tidak terasa ya? Sudah 2000 hari sejak pertama kali
kau mengajakku kemari," ucap Shilla pelan.
"Ya," balas cakka
"Dingin," keluh Shilla.
cakka makin mengeratkan pelukannya. Dia sudah tidak tahu
lagi apa yang harus dia lakukan. Mungkin pilihan terakhir adalah, menangis.
Tapi tidak. Tidak di depan Shilla.
"Selamat hari ke-2000, cakka."
cakka mengecup kening Shilla yang mulai dingin. Dia kemudian
melihat seekor kunang-kunang yang terbang ke arah mereka.
"Lihat Shilla! Ada seekor kunang-kunang menuju
kesini."
Shilla tidak merespon.
"Shilla?"
Tetap tidak ada jawaban. Shilla sudah pergi. Cakka melihat
wajah Shilla yang diterangi oleh hadirnya kunang-kunang di sekitar mereka.
Sepertinya kunang-kunang itu ikut berduka atas kehilangan yang dirasakan oleh
cakka. Entah dia bisa segera merelakan kepergian shilla atau tidak. Yang pasti
ada perasaan yang selalu merutuki dirinya. Hari ini, besok, dan mungkin
selamanya.
Penyesalan.
"Selamat hari ke-2000, Shilla. Selamat jalan..kamu
tenang yaa disana" ucap Cakka memberi kecupan terakhir di kening Shilla
untuk yang terakhir kalinya….
Comments
Post a Comment